“Sesungguhnya suatu kaum akan ditimpa adzab oleh Allah,
sebagai suatu ketetapan yang pasti. Tapi kemudian seorang anak diantara mereka
membaca Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin. Ucapan
itu didengar oleh Allah SWT dan Allah mengangkat adzab-Nya dari mereka karena
bacaan itu, selama 40 tahun.” (Tafsir Al Kabir)
Laa ilaaha illallah..
Tidak
ada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah SWT.
Tidak ada yang layak diikuti
kecuali Allah SWT.
Tidak ada yang layak ditakuti kecuali Allah SWT.
Tidak ada
yang patut dicintai melebihi Allah SWT.
Tunduk, pasrah, dan tawakal hanya
kepada Allah SWT.
Kalimat inilah yang sungguh-sungguh akan menguatkan kita di
mana dan kapan saja.
Mari resapi kandungan dan makna kalimat tauhid itu. Renungkanlah
bagaimana Rasulullah SAW dan para sahabatnya dengan sangat cermat menanamkan
keyakinan yang begitu kokoh dalam diri anak-anak mereka. Agar mereka sejak
kecil tidak keliru menempatkan perasaan tunduk dan patuh kepada selain Allah.
Agar mereka sejak kanak-kanak telah mampu mewarnai diri dengan segenap perasaan
yang selalu berdekatan dengan keberadaan Allah SWT.
Ibnu Umar RA pernah meriwayatkan sebuah sabda Rasulullah SAW tentang hal ini. “Jangan acungkan tongkat pada anak-anakmu (agar dia takut kepadamu). Tapi jadikan mereka takut pada Allah azza wa Jalla.” (HR. Thabrani dengan sanad jayyid)
Rasulullah SAW sering memanfaatkan sela-sela waktu untuk
berbicara dengan anak-anak. Dan di sela-sela waktu seperti itu Rasulullah SAW
mengucapkan untaian kata yang sangat dalam maknanya agar mereka selalu
mengaitkan seluruh gerak dan kehidupan dengan Allah SWT.
Simaklah sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, dari Ibnu Abbas RA, saat Rasulullah SAW berkata padanya,
“Nak, aku ajarkan engkau beberapa kalimat, “Peliharalah (hak) Allah, niscaya Allah akan
memeliharamu. Peliharalah (hak) Allah, niscaya engkau dapati Allah berpihak
padamu. Jika engkau meminta, mintalah pada Allah. Dan jika engkau ingin
pertolongan, mintalah pertolongan itu pada Allah. Ketahuilah! Seluruh umat
manusia jika berkumpul untuk memberimu manfaat, mereka tidak akan bisa
melakukannya kecuali dengan apa yang telah ditetapkan Allah untukmu. Dan jika
mereka berkumpul untuk member bahaya atasmu, mereka tidak akan bisa
melakukannya kecuali dengan apa yang telah ditetapkan Allah untukmu. Pena telah
diangkat dan lembaran telah mongering.” “ (HR. Tirmidzi).
Lihatlah bagaimana Rasulullah menekankan kalimat demi
kalimat untuk menanamkan ketergantungan yang sangat total kepada Allah.
Saudaraku…
Perhatikanlah potongan-potongan kalimat dalam nasihat
Rasulullah SAW. Cermatilah penggalan kata demi kata yang begitu menukik tajam,
membawa siapa pun yang menyimaknya untuk selalu bergantung sepenuhnya pada
Allah SWT.
Laa ilaaha illallah.
Tidak
ada daya.
Tidak ada kekuatan.
Tidak ada perlindungan.
Kecuali milik Allah.
Iman
yang kuat, adalah modal kita agar mampu menghadapi semua masalah dengan tegar.
Hanya keimanan yang bisa menjadikan kita selalu optimis memandang hidup.
Saudaraku…
Sebagaimana dilakukan Rasulullah SAW dan para sahabatnya,
kekuatan iman harus ditanam dan dipelihara pertumbuhannya sejak seseorang masih
kanak-kanak. Usia kanak-kanak yang masih bersih dan mudah disemai dengan
keyakinan yang benar.
Lihatlah apa yang diceritakan Ibnu Zufr Al Makky, dalam kitabnya Anba Nujaba Al Abna tentang masa kecil Harits Al Muhasibi.
Suatu ketika, Harits pernah ditawari sejumlah
kurma oleh pedagang kurma.
“Makanlah semua kurma ini,” kata penjual itu.
Namun karena kehati-hatiannya, Harits malah bertanya, “Beritahu dahulu bagaimana engkau mendapatkan kurma-kurma ini?”
“Baru saja ada orang membeli kurmaku, lalu ada sebagian kurma yang dibelinya terjatuh…” kilah orang itu.
Harits Al Muhasibi lalu bertanya kepada sejumlah anak yang tengah bermain di sekitarnya, “Teman-teman, apakah bapak ini seorang muslim?”
Mereka mengiyakannya.
Tapi Harits segera beranjak pergi meninggalkan orang itu. Laki-laki itu lalu mengejarnya dan menangkap tangannya sambil bertanya penasaran, “Demi Allah, aku takkan melepaskanmu kecuali engkau mengatakan padaku apa yang ada dalam hatimu tentang diriku?”
“Makanlah semua kurma ini,” kata penjual itu.
Namun karena kehati-hatiannya, Harits malah bertanya, “Beritahu dahulu bagaimana engkau mendapatkan kurma-kurma ini?”
“Baru saja ada orang membeli kurmaku, lalu ada sebagian kurma yang dibelinya terjatuh…” kilah orang itu.
Harits Al Muhasibi lalu bertanya kepada sejumlah anak yang tengah bermain di sekitarnya, “Teman-teman, apakah bapak ini seorang muslim?”
Mereka mengiyakannya.
Tapi Harits segera beranjak pergi meninggalkan orang itu. Laki-laki itu lalu mengejarnya dan menangkap tangannya sambil bertanya penasaran, “Demi Allah, aku takkan melepaskanmu kecuali engkau mengatakan padaku apa yang ada dalam hatimu tentang diriku?”
Saudaraku…
Dengarkanlah apa jawaban Harits yang belum berusia 10 tahun
itu. “Pak, jika engkau seorang Muslim, mintalah kurma itu pada pemiliknya
sampai ia ikhlas memberikan miliknya padamu. Lakukanlah itu sekuat tenaga
seperti jika engkau dalam kondisi yang sangat haus dan sangat ingin meminum
air. Pak, apakah engkau mau member makan anak-anak kau Muslimin dengan yang
haram? Padahal engkau Muslim?”
Orang itu terkejut dan mengatakan, “Demi Allah, saya tidak akan berjualan lagi untuk urusan dunia…”
Orang itu terkejut dan mengatakan, “Demi Allah, saya tidak akan berjualan lagi untuk urusan dunia…”
Mereka adalah anak-anak hasil pendidikan tauhid yang
ditanamkan orang tuanya. Keimanan mereka begitu menghujam dalam kepribadiannya
melalui pelajaran Al Quran, hadits, dan sirah Rasulullah SAW. Para orang tua
member motivasi yang sangat baik agar anak-anaknya dekat dengan sumber-sumber
petunjuk Allah SWT itu.
Inilah yang dikatakan Ibrahim bin Adham. “Dahulu, ayahku mengatakan padaku, “Nak, carilah hadist Rasulullah SAW. Setiap engkau mendengar satu hadist dan engkau bisa menghafalnya, engkau akan mendapat hadiah satu dirham.” ”
Ibrahim bin Said Al jauhari juga pernah menceritakan, “Aku melihat seorang anak kecil usia 4 tahun yang dibawa ke hadapan Al Makmun dan membacakan Al Quran. Padahal jika lapai ia menangis.” (Al Kifayah fi Ilmi Riwayah, Khatib Al Baghdadi/116)
Inilah yang dikatakan Ibrahim bin Adham. “Dahulu, ayahku mengatakan padaku, “Nak, carilah hadist Rasulullah SAW. Setiap engkau mendengar satu hadist dan engkau bisa menghafalnya, engkau akan mendapat hadiah satu dirham.” ”
Ibrahim bin Said Al jauhari juga pernah menceritakan, “Aku melihat seorang anak kecil usia 4 tahun yang dibawa ke hadapan Al Makmun dan membacakan Al Quran. Padahal jika lapai ia menangis.” (Al Kifayah fi Ilmi Riwayah, Khatib Al Baghdadi/116)
Apa yang akan kita berikan untuk anak-anak kita kelak?
Menanamkan ketergantungan mereka pada Allah SWT dalam setiap peristiwa yang
mereka alami?
Menekankan kedekatan mereka pada Allah SWT?
Meyakinkan mereka
dengan hadits-hadits Rasulullah SAW?
Mengajarkan, menuntun, dan mendorong
mereka untuk membaca dan menghafal Al Quran?
Tahukan kita, bila bacaan Al Quran seorang anak bisa menjadi
sebab diangkatnya bala dan adzab dari keluarga dan masyarakat kita?
Hudzaifah
bin Yaman mengatakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya suatu kaum
akan ditimpa adzab oleh Allah., sebagai suatu ketetapan yang pasti. Tapi
kemudian seorang anak diantara mereka membaca “Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.” Ucapan itu didengar Allah SWT dan
Allah mengangkat adzab-Nya dari mereka karena bacaan itu selama 40 tahun.”
(Tafsir Al Kabir, Ar Razi, I/178)
Saudaraku…
Ajarkan mereka Al Quran. Semoga kita terhindar dari adzab
Allah SWT…
Sumber:
Dikutip dari buku Mencari
Mutiara di Dasar Hati, karangan Muhammad Nursani
No comments:
Post a Comment