Banda
Aceh, siapa yang tidak kenal dengan
Banda Aceh? Sebuah kota besar yang terletak di tanah rencong Nanggroe
Aceh Darussalam yang telah diluluhlantakkan oleh gempa dan gelombang ganas tsunami hanya dalam jangka waktu tidak
lebih dari setengah jam. Namun bencana tersebut tidak membuat masyarakat Banda Aceh menyerah dan pasrah
dengan keadaan itu begitu saja. Masyarakat berusaha bangkit dari keterpurukan
dengan berbagai daya dan upaya untuk membentuk kota yang lebih maju dari
sebelumnya.
Hari
demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun,
masyarakat terus melakukan pembangunan di berbagai sudut kota Banda Aceh. Kota yang mengalami keterpurukan akibat bencana tsunami 6 tahun yang lalu itu kini mulai berkembang seiring dengan pertumbuhan teknologi yang berdampak kepada masyarakat Aceh khususnya yang berada di kota Banda Aceh.
masyarakat terus melakukan pembangunan di berbagai sudut kota Banda Aceh. Kota yang mengalami keterpurukan akibat bencana tsunami 6 tahun yang lalu itu kini mulai berkembang seiring dengan pertumbuhan teknologi yang berdampak kepada masyarakat Aceh khususnya yang berada di kota Banda Aceh.
Berkembangnya
teknologi-teknologi di berbagai kalangan masyarakat Aceh, menjadikan mereka yang dulunya kurang
berteknologi atau dijuluki gaptek tumbuh
menjadi masyarakat yang haus akan teknologi. Teknologi bukan lagi sebuah
keinginan, namun sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat Aceh khususnya di
kalangan masyarakat intelek. Di era globalisasi seperti sekarang ini, teknologi
bukan hanya sekedar benda yang dapat dilihat secara nyata seperti radio,
televisi, handphone, lemari
pendingin, dan lain sebagainya, namun sudah merupakan suatu benda abstrak
berupa jaringan atau sinyal yang dapat menghubungkan seseorang dengan dunia
luar, atau lebih kita kenal dengan nama lain internet.
Internet
menjadi salah satu pemicu terjadinya globalisasi karena telah menghilangkan
batas-batas dunia. Internet telah membuat dua orang atau lebih dari belahan
bumi yang berbeda dapat berkomunikasi tanpa dibatasi oleh batas-batas Negara,
waktu, jarak, dan hukum suatu Negara. Ditambah lagi dengan adanya situs jaringan-jaringan
sosial seperti facebook, friendster,
twitter, plurk, myspace, dan lain sebagainya yang dapat menjadi jembatan
penghubung antara masyarakat yang satu dengan masyarakat dunia luar.
Banyaknya manfaat yang
didapat dari internet membuat masyarakat sangat membutuhkan internet. Tentu
saja kebutuhan masyarakat khususnya pelajar-pelajar di kota Banda Aceh akan
internet dimanfaatkan oleh masyarakat lain seperti para wirausahawan untuk
melahirkan warung-warung kopi yang menyediakan fasilitas internet gratis dengan
menggunakan jaringan nirkabel atau wi-fi di
kota Banda Aceh. Namun, tidak semudah itu mendapatkan fasilitas internet gratis
tersebut, sekurang-kurangnya masyarakat harus memesan secangkir kopi atau teh.
Hal tersebut tentu saja menguntungkan bagi pemilik warung kopi karena dengan
adanya fasilitas internet gratis dapat menarik minat masyarakat untuk singgah
dan mencicipi makanan yang telah disediakan kepada para pembeli. Sehingga
warung-warung tersebut dipenuhi oleh berbagai kalangan masyarakat yang
membutuhkan akses internet.
Keuntungan
yang didapat dari internet di kalangan para pelajar yaitu mereka dapat belajar
jarak jauh secara online (e-learning), mengambil buku-buku elektronik (e-book), serta dapat menambah wawasan
yang tak terhingga dengan mencari dan mengelola informasi dari sebuah mesin
pencari (searching engine) yang
disediakan oleh internet. Kebutuhan akan internet tidak hanya berada di
kalangan pelajar tingkat tinggi seperti para siswa Sekolah Menengah Atas dan
mahasiswa perguruan tinggi maupun di kalangan orang dewasa, bahkan para siswa
Sekolah Dasar sudah membutuhkan internet. Para ibu rumah tangga pun disaat-saat
tertentu juga membutuhkan internet, mereka dapat mencari beranekaragam resep
masakan maupun kue-kue secara mudah dan cepat dengan cara mengakses internet
tanpa perlu mencari buku-buku resep di berbagai toko buku yang menghabiskan
waktu lama dan memerlukan biaya. Masih banyak keuntungan lain yang diperoleh,
seperti pemanfaatan internet untuk bisnis mulai dari perdagangan secara
elektronik (e-commerce), serta
transaksi keuangan secara elektronik (e-banking)
yang lebih instan kepada nasabah bank karena tidak perlu lagi datang ke
bank dan mengantri selama berjam-jam untuk melakukan transaksi perbankan.
Dengan
adanya fasilitas internet di setiap warung kopi tentu saja dapat membantu
masyarakat yang ingin mengakses internet. Namun, alangkah lebih bagusnya jika
pemerintah mencanangkan kota tersebut menjadi sebuah kota yang dipenuhi hotspot di berbagai sudut kota atau lebih
kita kenal denga istilah cyber city. Hal
tersebut dapat memudahkan masyarakat yang ingin mengakses internet secara cepat dan pastinya tanpa dipungut
biaya (free). Masyarakat cukup
bermodalkan pengetahuan dan sebuah laptop atau netbook yang bisa terhubung dengan jaringan internet. Hanya dalam
hitungan detik kita dapat memburu banyak informasi dari berbagai penjuru dunia
di manapun kita berada.
Cyber city membuat
para pelajar lebih berkembang dalam hal mencari ilmu, mereka tidak hanya
menerima ilmu di sekolah dengan pengajaran guru yang terbatas, namun mereka
dapat memanfaatkan cyber city untuk
kepentingan pendidikan, misalnya mereka tidak perlu membuang-buang waktu di
perpustakaan hanya untuk menambah wawasan, sementara perpustakaan yang mereka kunjungi tersebut tidak
menjamin adanya suatu
kenyamanan bagi para pelajar khususnya pelajar yang masih berada di
tingkat Sekolah Dasar yang lebih senang berada di tempat-tempat yang dipenuhi
dengan hiburan atau berada di alam terbuka.
Bagi
para businessman yang tidak punya
banyak waktu untuk bolak-balik ke perpustakaan atau toko buku akan sangat
merasakan besarnya manfaat dengan adanya cyber
city. Mereka dapat mengakses internet dan menjalankan bisnis-bisnis mereka
kapanpun dan di manapun. Masyarakat juga akan lebih mudah mengenal perkembangan
dunia dan tidak menjadi orang yang tidak update.
Upaya
menjadikan Aceh sebagai kota cyber
khususnya kota Banda Aceh tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Bukan
hanya bantuan berupa materi, namun juga berupa
dukungan dari berbagai pihak yang dapat membantu jalannya pelaksanaan
program tersebut termasuk masyarakat kota Banda Aceh. Program yang telah
dicanangkan tersebut tidak akan berarti dan mungkin akan menjadi usaha yang
sia-sia jika masyarakat tidak mendukung pencanangan tersebut. Oleh sebab itu,
dukungan dari masyarakat sangat diperlukan dalam hal ini. Langkah awal yang
perlu diperhatikan oleh pemerintah Aceh adalah ada atau tidaknya jaringan hotspot (Wireless Fidelity/Wi-Fi) di setiap sudut kota.
Diharapkan
dengan terwujudnya pencanangan program tersebut dapat menjadikan Banda Aceh
sebagai salah satu kota yang kaya akan teknologi khususnya di bidang informasi.
Oleh karena itu, mari bersama-sama kita wujudkan pencanangan ini untuk membuat kota Banda Aceh
menjadi lebih baik J
No comments:
Post a Comment